Klilip adalah...


Mataku masih sedikit mengantuk karena semalaman tak bisa tidur dan terpaksa menonton pertandingan semifinal liga Champions yang tidak begitu dramatis antara Real Madrid vs Juventus. Namun aku harus bergegas mengantar isteri dan anak-anakku ke stasiun kereta api.

Kami menunggu selama 45 menit hingga akhirnya kereta api yang akan mengantar keluargaku ke Madiun pun tiba. Setelah kereta berangkat aku segera melanjutkan perjalanan menggunakan motor. Aku tarik gas motor dalam-dalam dengan harapan dapat tiba di Madiun sesuai dengan jadwal kedatangan kereta yang ditumpangi keluarga kecilku tadi di stasiun Madiun.

Memasuki wilayah Brangkal (Mojokerto), aku mendahului sebuah truk tanpa muatan. Dalam kecepatan tinggi (±100 km/jam) tiba-tiba mataku terasa sangat pedih. Secara refleks mataku pun terpejam. Sejenak aku panik karena tak mampu melihat jalan. Beruntung ternyata mata kananku masih bisa dibuka sehingga aku bisa menepi dengan aman.

Perlahan aku buka helm dan kacamataku, berusaha mencari penyebab kejadian yang bisa saja membuatku celaka tadi. Beberapa waktu kemudian baru aku dapatkan sebuah benda berukuran kecil, terlalu besar untuk disebut debu tapi juga tidak memenuhi kriteria untuk dinamakan kerikil, keluar dari sudut mataku. Orang Jawa biasa menyebutnya sebagai "klilipen".

Cukup lama aku lenger-lenger di pinggir jalan untuk menenangkan diri sambil memikirkan kejadian tadi. Bagaimana bisa benda itu masuk ke mataku sedangkan aku mengenakan helm fullface (Boso Jowo: helm tropong/cakil) plus proteksi tambahan berupa sepasang kacamata?. Memang masih ada ruang bagi angin untuk mendorong debu masuk ke area inner helmet, tapi peluang itu sangat kecil sekali.

Dalam hati aku bersyukur truk yang aku dahului tadi tidak menyenggol atau menyeruduk motorku dari belakang. Di sisi lain kejadian tadi kembali menyadarkan aku bahwa Tuhan memang benar-benar Maha Berkehendak. Dengan double protection (helm fullface dan kacamata) aku mengira klilipen tidak mungkin terjadi, tapi kenyataan yang terjadi justru sebaliknya.

Sebagaimana dalam hidup keseharian kita. Seringkali rencana sudah kita susun secara detail dan rapi. Semua kemungkinan penyebab error sudah kita antisipasi. Akan tetapi ndilalah ada saja yang nyrimpeti ketika eksekusi. Bahkan kegagalan total bisa saja terjadi. Karena dalam laku hidup, semua berjalan sesuai ngersane Ilahi Rabbi.

Tugas kita sebagai manusia hanyalah menjalankan dan menjalani hidup dengan BAIK dan BENAR, untuk urusan hasil serahkan sepenuhnya kepada-Nya...

Comments